Seperti biasa, kami memulai agenda hari itu (7/8) dengan sarapan
bersama, nasi guri lauk daging ditemani dengan teh panas buatan ‘darabaro’ jadi
pengganjal perut pagi itu.
Sembari menikmati suguhan acara dari salah satu tv swasta
juga membolak balikkan koran lokal sebagai modus update informasi, kami menerima telepon dari wakil pemuda
untuk ikut meramaikan acara ‘meukaoy’ dari desa tetangga (gampong rheng).
Aha, makan siang gratis sorak kami gembira (boys only).
Perjalanan kedesa tetangga hanya memakan waktu 5 menit
saja dengan modal tempuh kendaraan roda 2.
Disana kami bertemu dengan team KKN dari desa setempat yang
juga meramaikan acara tersebut. Suasana cukup ramai, anak-anak berlarian
mengelilingi menasah tempat hajatan digelar, ibu-ibu sibuk membersihkan wajan
serta piring sebagai tempat makan, pemuda dan laki-laki dewasa larut dalam
goyangan sendok besar dalam kuali berisi kuah kambing sembari icip-icip rasa. Sementara
disudut lainnya, pemuda menunggu beras menjadi nasi mengamati kalau-kalau kayu
bakarnya habis dilalap api.
Sementara kami menyibukkan diri dalam omongan basa-basi
perkenalan hingga kami tau darimana asal, kesibukan, program kerja, rencana
kedepan, tempat tinggal, hingga merembes pada gossip dan pembicaraan
pengakraban.
Hingga ingatlah nama mereka yaitu Husnul dari Indrapuri
sebagai ketua team, Fauzi dari Kuala Simpang dan Dian dari Banda Aceh namun
lama di Jawa. Sementara perempuan-perempuan pendamping mereka kami tidak tau
siapa, tak pula diperkenal juga menampakkan dirinya.
Santap siang itu digelar diluar area musholla, berdekatan dengan rumah warga, salah satunya rumah kakek tua berusia lanjut yang ternyata adalah hasil kerja KKN 3 tahun lalu oleh mahasiswa Akper Fakinah Banda Aceh. kabarnya juga, mereka sampai membawa kakek penerima rumah bantuan kerumah sakit RSUDZA untuk operasi. itulah kabar baik yang diceritakan warga dari ingatan-ingatan kuat mereka terhadap program kerja mahasiswa-mahasiwa KKN sebelumnya. *setiap amal baik akan selalu dikenang, begitu pula polah tingkah buruk yang takkan lekang dari ingatan.
Usai menikmati santapan 'sie kameng' ditemani oleh obrolan pendek dengan orang yang kami tak tahu siapa, kami kembali kedalam musholla menghisap si kretek rokok dan terlibat obrolan jenaka. tak lama sosok yang kami tak tahu siapa hadir menyapa, aku tertarik mundur beberapa centi darinya. ia memperkenalkan diri sebagai Bpk Taleb Thaeb, pegawai di kantor kecamatan Bandar baru. *owhhh...
cukup lama terlibat obrolan tajam dengannya, sambil sesekali tertawa terkekeh menyadari anak dan cucunya ternyata kami kenali sedang di Banda mengadu nasib sebagai penjual jasa fotocopi. ia tak henti-hentinya bercerita, dari mulai abdi kerjanya yang sudah 25 tahun di kantor kecamatan dengan gaji seadanya, keluarga, hingga cerita gampong Rheng sejak dahulu kala. Obrolan terhenti sejenak ketika wakil ketua pemuda gampong dayah Nyong bergabung ikut serta, berlanjut beberapa saat hingga kami kemudian berpamitan dengan dalih zuhur telah menanti tuk ditunaikan.
Adapun acara ‘kaoy’ ini dilaksanakan dengan menyembelih 1
ekor kambing dengan undangan yang cukup banyak, mungkin sampai 50-an warga. Biar
dagingnya kecil tapi yang penting kebersamaannya, setuju!!
*kaoy = nazar ; dalam perbendaharaan kata Islam dan Kristen adalah janji seseorang kepada Allah
untuk melakukan sesuatu hal, jika apa yang ia harapkan terpenuhi atau
terkabulkan. (wikipedia)
0 komentar:
Posting Komentar